“Ikhlas Beramal”
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
QUR’AN HADITS II
Dosen Pengampu :
Nur Habibullah, S.Pd.I, M.Pd.I
Oleh
Kelompok : VIII
1.
M.Berkati
2.
Rojali
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM (STAI) AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
TAHUN AKADEMIK
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis ucapkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, atas berkah dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
Shalawat beriring salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kita yakni Nabi besar Muhammad SAW, Keluarga, para sahabat dan
orang-orang yang senantiasa istiqomah mengikuti jejak langkah yang diajarkan
beliau hingga akhir zaman.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Qur’an Hadits II Pada Sekolah Tinggi Agama Islam An-Nadwah Kuala Tungkal.
Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat menjadi bahan bacaan dan menambah
khasanah pengetahuan kita semua, terutama bagi penulis.
Penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang sudah membantu penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan pada waktu yang
telah ditentukan.
Penulis
tidak menutup mata, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A.
Latar Belakang ................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah ........................................................... 1
C.
Tujuan Pembahasan ........................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 2
A.
Pengertian
Ikhlas Beramal.................................................. 2
B. Dalil
naqli tentang keikhlasan beramal.............................. 4
C. Hadits
tentang keikhlasan beramal.................................... 5
D. Niat
Yang Ikhlas Dalam Beramal Dan Tanda-Tanda
Orang
Ikhlas......................................................................... 8
E. Tujuan
ikhlas beramal......................................................... 11
BAB III PENUTUP.................................................................................. 12
A. Kesimpulan........................................................................... 12
B. Saran..................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tugas utama manusia
hidup di dunia ini adalah beribadah kepada Allah SWT. Ibadah kepada-Nya
merupakan bukti pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya. Dari berbagai ayat
dan hadis dijelaskan bahwa pada hakekatnya manusia yang beribadah kepada Allah
ialah manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu berpegang teguh kepada wahyu
Allah dan hadis Nabi SAW. Pengertian ibadah tidak hanya terbatas kepada apa
yang disebut ibadah mahdhah atau rukun Islam saja, tetapi sangat luas seluas
aspek kehidupan yang ada. Yang penting aktivitas yang kita lakukan harus
diniatkan untuk ibadah kepada-Nya dan yang menjadi pedoman dalam mengontrol
aktivitas ini adalah wahyu Allah dan sabda Rasul-Nya.
Namun ada satu aspek
yang seringkali dilupakan dalam pelaksanaan ibadah kepada-Nya, yakni keikhlasan
dalam menjalankannya. Keikhlasan dalam beribadah merupakan aspek yang sangat
fundamental yang akan mempengaruhi diterima atau tidaknya ibadah kita.
Ibadah yang dilakukan tanpa keikhlasan adalah ibadah yang sia-sia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian ikhlas beramal?
2. Contoh
alil naqli tentang keikhlasan beramal?
3. Contoh
hadits tentang keikhlasan beramal?
4. niat
yang ikhlas dalam beramal dan tanda-tanda rang ikhlas?
5. tujuan
ikhlas beramal?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ikhlas Beramal
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص : اِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ
اِلىَ اَجْسَامِكُمْ وَلاَ اِلىَ صُوَرِكُمْ وَ لٰكِنْ يَنْظُرُ اِلىَ
قُلُوْبِكُمْ رواه مسلم
Dari Abu
Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah
tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat
(menilai) keikhlasan hatimu”. [HR.
Muslim]
Ikhlas
artinya tulus atau murni, bersih dan terbebas dari tujuan untuk selain Allah.
Menurut Abu Al-Qasim Al-Qusyairi adalah menegaskan Al-haqq (Tuhan yang Maha
Benar). Dalam melakukan ketaatan dengan tujuan mendekatkan diri kepada-Nya,
bukan untuk mendapatkan pujian atau apa saja yang dapat menghalangi diri untuk
dekat dengan Allah.[1]
Menurut ulama ikhlas ada dua macam. Yaitu :
1. Keikhlasan
beramal merupakan keinginan mendekatkan diri kepada Allah, mengagungkan
ikhwal-Nya dan menyambut seruan-Nya. Adapun yang mendorong keyakinan itu adalah
keyakinan yang benar. Lawan kata dari keikhlasan beramal adalah kemunafikan.
2. Keikhlasan
mencari pahala merupakan keinginan memperoleh manfaat akhirat dengan amal
kebajikan. Lawan kata dari keikhlasan ini adalah riya’.
Secara
lughawi, kata amal (bahasa arab) terdiri dari ‘ain, mim dan lam yang berarti
semua pekerjaan yang di kerjakan. Kata amal juga berarti perbuatan atau
pekerjaan yang di sertai niat atau maksud dan pikiran.[2] Menurut
Raqib al-‘asfahany amal adalah suatu perbuatan yang di lakukan berdasarkan ilmu
pengetahuan, pilihan sendiri, di lakukan secara sadar dan sengaja yang di
sertai dengan niat.
Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya,
“Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk
membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika
demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”[3]
Dari
paparan di atas dapat di simpulkan bahwa ikhlas beramal merupakan ketulusan
hati seorang muslim untuk melakukan perbuatan berdasarkan akal, ilmu, kesadaran
dengan tujuan untuk mengharap ridho Allah.
Untuk
memproleh kualitas ikhlas yang baik seorang muslim harus menumbuhkan keyakinan
terlebih dahulu. Hal ini di karenakan keyakinanlah yang menjadi kunci dari
keikhlasan. Sebab orang yang yakin akan mampu menciptakan kekhusyukan dalam
menjalankan segala perbuatannya. Orang yang yakin akan selalu kokoh berdiri di
terjang ombak yang sangat dahsyat. Mereka akan selalu mempunyai anggapan bahwa
Allah selalu memberinya nikmat. Segala permasalahan yang terjadi selalu di
serahkan kepada Allah. Karena dia sadar akan tugasnya untuk selalu berusaha.
Hanya orang yang memiliki keyakinan yang bisa merasakan keikhlasan yang
sesungguhnya.
B. Dalil Naqli Tentang Keikhlasan Beramal
وَمَا
أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء
وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ ﴿٥﴾
Artinya
: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurusdan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus.[4]
(QS. Al – Bayyinah : 5).
a.
Asbabun Nuzul
Q.S Al-bayyinah : 5
Ayat ini adalah Karena
adanya perpecahan dikalangan mereka maka pada ayat ini dengan nada mencerca
Allah menegaskan bahwa mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah
Allah. Perintah yang ditujukan kepada meraka adalah untuk kebaikan dunia dan
agama mereka, untuk memcapai kebahagian dunia dan akhirat, yang berupa ikhlas
lahir dan batin dalam berbakti kepada Allah dan membersikan amal perbuatan dari
syirik serta mematuhi agama Nabi Ibrahim yang menjauhkan dirinya dari kekafiran
kaumnya kepada agama tauhid dengan mengikhlasan ibadat kepada Allah SWT.
b.
Tafir Global QS.
Al-bayyinah : 5
Perintah untuk
menyembah hanya kepada Allah SWT dengan niat ikhlas semata-mata karena Allah
SWT. Perintah untuk memurnikan agama Allah dari ajaran-ajaran kemusyrikan.
Perintah untuk mendirikan shalat dan zakat. Menyembah kepada Allah dan menjauhi
kemusyrikan adalah agama yang benar dan lurus.
Surat ini turun sebagai
bentuk penegasan kembali atas tindakan Ahl al-kitab (Yahudi dan Nasrani) yang
melampaui batas. Misalnya, umat Nasrani telah menjadikan Nabi Isa sebagai
Tuhan, sementara itu kaum Yahudi menghinakannya. Melalui ayat ini Allah
mengingatkan kembali kepada mereka agar kembali kepada agama yang lurus (din
al-qayimah). Agama yang lurus ini bercirikan tiga hal, yaitu adanya
ketundukan dan kepatuhan hanya kepada Allah, mendirikan shalat dan menunaikan
zakat.
Ketundukan dan
kepatuhan secara murni menjadi kunci terbentuknya sikap lurus dan senantiasa
condong kepada kebajikan. Sebaliknya, ketundukan dan kepatuhan yang tidak murni
(syirik) menjadi akar penyimpangan dan kecondongan kuat untuk berbuat
yang berlawanan dengan nilai-nilai kebajikan.
Kata (مخلصين) mukhlishin adalah
berbentuk isim fa’il berasal dari kata خلص))
khalusha yang artinya murni setelah sebelumnya diliputi kekeruhan. Dari sini
ikhlas merupakan usaha memurnikan dan menyucikan hati sehingga
benar-benar tertuju kepada Allah semata, sedang sebelum keberhasilan itu hati
masih biasanya diliputi atau dihinggapi oleh hal-hal selain Allah, seperti
pamrih dan yang semacamnya.
Kata (حنفاء)
hunafa’ adalah berbentuk jamak dari kata mufrod (حنيف) hanif yang
biasa diartikan lurus atau cenderung kepada sesuatu(kebajikan). Agama Islam
disebut juga sebagai agama hanif karena posisinya yang lurus (berada di
tengah-tengah). Artinya, tidak cenderung pada materialisme dan mengabaikan yang
spiritual atau sebaliknya.
Penyebutan shalat dan
zakat secara khusus mempunyai arti akan pentingnya menjalin hubungan baik
dengan Allah dan sesama manusia.[5]
C. Hadits tentang keikhlasan beramal
Dikutip dari kitab Shahih
Bukhori, tentang niat. Berikut matannya:
عن
عمربن الخطاب قال : سمعت رسول الله صلي الله عليه وسلم يقول: إنماالأعمال بالنيات
وإنما لكل امرئ مانوى. فمن كانت هجرته الي الله ورسوله فهجرته الي الله ورسوله.
ومن كانت هجرته الي دنيا يصيبها اوالي امرأة ينكحها فهجرته الي ماهاجراليه (رواه
البخارى)
Artinya
: Dari ‘Umar bin Khathab r.a. katanya: “saya
mendengar Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, amalan itu harus
beserta niat. Dan milik tiap-tiap manusia itu, ialah balasan apa yang
diniatkannya. Barang siapa pindahnya karena Allah dan Rosul-Nya, maka baginya
pahala pindah karena Allah dan Rosul-Nya, barang siapa yang pindahnya karena
dunia yang hendak diperolehnya atau perempuan yang hendak di kawininya, maka
balasan pindahnya itu, menurut niat pindahnya itu”. (HR Bukhori Muslim).[6]
a. Isi
Kandungan Hadits
Sungguh luar biasa
hadits ini, Kenapa tidak? Karena hadits ini menerangkan tentang keikhlasan
seseorang dalam beramal. Dan ini adalah inti dari segala amalan yang kita
kerjakan. Apalah artinya beramal yang banyak, kalau tanpa niat karena Allah.
walaupun seseorang beramal dengan ilmu yang benar, tetap dimata Allah tidak ada
nilainya sama sekali, kalau tanpa di barengi keikhlasan. Yang ada mungkin hanya
pujian dari orang lain dan kesombongan pada diri sendiri.
Abu abdullah mengatakan
: Tidak ada hadits nabi yang paling banyak mengandung faidah kecuali hadits
ini. Begitu juga dengan Imam syafi'i, beliau mengatakan : bawha hadits ini
terdapat dalam 70 cabang ilmu agama. Maksudnya, dari hadits yang satu ini bisa
masuk kepada 70 cabang ilmu. Dua kalimat ini ( إنماالأعمال
بالنيات وإنما لكل امرئ مانوى) seolah olah sama, karena kalau
diterjemahkan secarara tekstual, maka kita akan mendapatkan kesamaan arti.
Makanya sebagian ulama
ada yang mengatakan, kalimat kedua dalam hadits ini hanyalah sebagai taukid
(kalimat penguat) untuk kalimat yang pertama. Dan sebagian ulama lagi
mengatakan (dan ini yang paling kuat alasanya) termasuk didalamnya pendapat
imam Nawawi dalam kitabnya al-arbain an-nawawi bawha kalimat pertama innamal
a'malu binniyat adalah menerangkan bahwa segala amalan itu mesti ada niatnya.
Dan yang dimaksud
dengan kalimat wainnama likulimri in maanawa adalah hasil atau buah dari niat
atas amalan yang di kerjakanya itu. Kalau kita beramal dengan niat karena
Allah, maka keridhaan Allah yang akan kita dapatkan. dan kalau kita beramal
dengan niat selain karena Allah, maka kita akan mendapatkan apa yang kita
niatkan itu.
Melalui hadits ini
Rasulullah saw. menjelaskan pada kita akan pentingnya sebuah niat dalam
beribadah pada Allah. Makanya tidak heran kalau imam Bukhari meletakan hadits
ini dalam kitab shahih bukhari pada jilid pertama dan pada nomor urutan
pertama. Begitu juga dengan Imam Nawawi, dalam kitabnya al-arba'iin
an-nawawiyah meletakan hadits ini pada urutan pertama juga.
Niat inilah yang sangat
penting untuk senantiasa kita perhatikan setiap kita akan melakukan amalan.
Karena hanya dengan niat kita akan mengetahui apakah kita melakukan amalan itu
untuk mencari keridhaan Allah ataukah hanya untuk mendapatkan popularitas atau
pujian dari manusia.
Melihat redaksi hadits
ini kita jadi tahu, ternyata untuk menumbuhkan niat yang ikhlas atas segala
amalan yang kita lakukan ini sangatlah susah, Muawiyah bin abi sofyan saja,
Mendengar hadits ini langsung menangis dan pingsan. Dari sinilah kita
diperintahkan agar senantiasa "tajdidunniah" memperbaharui...dan
senantiasa memperbaharui niat atas segala amalan yang kita lakukan.Niatkanlah
segala amalan kita ini hanya karena Allah! niscaya kita akan mendapat pahala
disisiNya, ikhlaskanlah segala amalan kita agar kita mendapat
keridhanya.Beramal dengan ikhlas adalah...bukan ingin di puji, bukan pula takut
dibenci, tapi kita beramal hanya untuk mendapat pahala dan keridhan Allah swt.[7]
D. Niat yang ikhlas dalam beramal dan tanda-tanda orang
ikhlas
Seorang hamba yang
menginginkan keikhlasan dalam seluruh aktifitasnya hendaklah berniat dalam
melaksanakan aktifitasnya dengan niat-niat sebagai berikut:
Hendaklah dalam beramal dilandasi oleh keimanan kepada Allah,
dan ini adalah niat yang paling prinsip karena tanpa keimanan semua amalan akan
menjadi sia-sia, tidak berarti dan tidak bernilai sedikitpun di sisi Allah.
1. Berniat
cinta Allah.
2. Berniat
mengagungkan dan memuliakan Allah.
3. Berniat
untuk taat dan beribadah kepada Allah.
4. Berniat
mencari ridha Allah.
5. Berniat
mendapatkan kedamaian dan kelezatan bersama Allah ketika berbuat ketaatan dan
beribadah kepadaNya.
6. Berniat
mengharapkan kenikmatan dan kelezatan memandang Wajah Allah pada hati kiamat
dan ketika di surga.
7. Berniat
agar dijadikan istiqamah.
8. Berniat
agar mati husnul khatimah.
9. Berniat
mencari pahala, ganjaran dan balasan kebaikan dari Allah di dunia dan di
akhirat.
10. Berniat
mendapatkan surga.
11. Berniat
takut hukuman, ancaman dan adzab Allah di dunia dan di akhirat.
12. Berniat
takut neraka dan agar dibebaskan dari api neraka.
Ada
tiga niat, tujuan dan prinsip yang harus selalu menyertai seorang hamba dalam
beribadah kepada Allah, yaitu
1.
hendaklah
ibadah didasari oleh cinta kepada Allah disertai pengagungan.
2.
Hendaklah
ibadah didasari rasa takut .
3. Hendaklah
ibadah didasari rasa berharap.
Hendaklah
seorang hamba dalam beribadah kepada Allah tidak pernah terlepas dari ketiganya
karena inti dan tujuan beribadah berkisar pada ketiga hal tersebut.[8]
Tanda-tanda
orang yang ikhlas dalam beramal yaitu :
1. Ia tidak mencari popularitas dan
tidak menonjolkan diri. Karena ia sadar, sehebat apapun ketenaran disisi
manusia tiada berarti di hadapan Allah andaikata tidak memiliki keikhlasan.
Seorang hamba ahli ikhlas tidak sibuk menonjolkan diri, menyebut-nyebut
amalnya, memamerkan hartanya, keilmuannya, kedudukannya, dan aneka topeng
duniawi lainnya. Karena itu tiada berguna kalau Allah menghinakannya
2. Tidak rindu pujian dan tidak
terkecoh pujian. Baginya pujian hanyalah sangkaan orang pada kita, padahal kita
tahu keadaan diri kita yang sebenarnya. Bagi seorang yang ikhlas, dipuji,
dihargai, tidak dipuji, bahkan dicaci sama saja. Karena baginya pujian dari
Allah-lah yang terpenting. Allah-lah tujuan dari segala amalnya.
3. Tidak silau dan cinta jabatan. Allah
tidak pernah menilai pangkat dan jabatan seseorang, namun yang dinilai adalah
tanggung jawab terhadap amanah dari jabatannya. Maka hamba Allah yang ikhlas
tidak bangga dan ujub karena jabatannya.
4. Tidak dipebudak Imbalan dan balas
budi. Seorang hamba ahli ikhlas sangat yakin kepada janji dan jaminan Allah,
baginya mustahil Allah memungkiri janji-janji-Nya. Bagi seorang hamba yang
ikhlas, rezekinya adalah ketika ia berbuat sesuatu bukan ketika mendapatkan
sesuatu. Balasannya cukup dari Allah saja, yang pasti, tidak akan meleset, dan
tidak akan salah perhitungan-Nya.
5. Tidak mudah kecewa. Seorang yang
ikhlas yakin benar bahwa apa yang diniatkan dengan baik, lalu terjadi atau
tidak yang ia niatkan itu, semuanya pasti telah dilihat dan dinilai oleh Allah
SWT.
6. Tidak Membedakan Amal Besar dan Amal
Kecil. Seorang hamba yang ikhlas tidak peduli amal itu kecil dalam pandangan
manusia atau tidak, ada yang menyaksikan atau tidak. Karena dihadapan Allah
tidak ada satupun amal yang remeh andaikata dilakukan dengan tulus sepenuh hati
karena Allah semata.
7. Tidak fanatik golongan. Seorang
muslim yang ikhlas sangat sadar bahwa tujuan dari
perjuangan hidupnya adalah Allah SWT, maka yang
akan dibela pun adalah kepentingan yang diridhoi oleh Allah. Tidak tegantung
perasaan pribadi. Selama apa yang diperjuangkan adalah untuk membela agama
Islam, maka ia pun akan turut membela.
8. Ringan, lahab dan Nikmat dalam
Beramal. Keikhlasan adalah buah keyakinan yang mendalam dari seorang hamba
Allah sehingga perbuatan apapun yang disukai oleh Allah, dapat membuatnya
bertambah dekat dengan Allah, akan menjadi program kesehariannya. Semua
dilakukan dengan ringan, lahab, dan nikmat.
9. Tidak egois karena selalu
mementingkan kepentingan bersama. Orang yang ikhlas tidak pernah keberatan
dengan keberadaan orang lain yang lebih pandai, lebih sholeh, lebih bermutu
darinya. Meski menurut pandangan manusia ia akan tesaingi dengan keberadaan
orang yang melebihi dirinya, namun orang yang ikhlas beramal bukan untuk
mencari popularitas. Baginya yang terpenting adalah maju bersama demi
kepentingan bersama.
10. Tidak Membeda-bedakan dalam
pergaulan. Seorang yang ikhlas tidak akan membeda-bedakan teman. Tegur sapanya
tidak akan terbatas pada orang tertentu, senyumnya tidak akan terbatas pada
yang dikenalnya, dan pintunya selalu terbuka untuk siapa saja.
E. Tujuan Ikhlas Beramal
1. Ikhlas merupakan syarat amal agar
diterima Ibadah tidak akan diterima bila tidak disertai dua syarat, yaitu :
1) Ikhlas (murni karena Allah)
2) Ittiba’ (tatacara mengikuti teladan
Rosulullah).
2. Ikhlas adalah pondasi dari
kesuksesan dunia & akhirat.
Ikhlas pun laksana ruh bagi jasad, sehingga amal tanpa ikhlas ibarat jasad yg mati, tanpa ruh di dalamnya.
Ikhlas pun laksana ruh bagi jasad, sehingga amal tanpa ikhlas ibarat jasad yg mati, tanpa ruh di dalamnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ikhlas
dalam beramal merupakan sikap yang tiada mengharapkan tujuan lain selain dari
pada untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ikhlas dalam beramal tidak
boleh diikuti dengan niat riya, yaitu mengharapkan pujian atau kehormatan dari
sesamanya. Karena amal yang akan dibalas oleh Allah adalah amal yang
dilakukan karena mengharap kasih dan sayang-Nya, yaitu dengan keikhlasan di dalam
hatinya.
B.
Saran
Semoga dengan selesainya makalah Qur’an
Hadits II ini, maka penyusun sangat mengharapkan respon dari para
teman-teman mahasiswa ataupun dari dosen dan saran konstruktik dari siapapun
datangnya, demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi penyusun sendiri, umumnya bagi para pembaca lainnya. Amin Ya
Robbal ‘Alamin….
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
muhsin, langkah pasti menuju bahagia, (Jakarta : Pustaka An-Naba, 2005), hlm. 35-36
Jubran
Mas’ud, al-Ralahr Mu’jam Lughawiy Asrhy, jilid II (Beirut: Dar
al-Ilmu lil Mulayin, 1981), hlm. 1051
Maulana Muhammad
Zakariyya Al Kandahlawi Rah.A, Himpun fadhilah amal, (Yogyakarta:
Ash-Shaff, 2007),hlm. 395
Muhammad
Nasrudin, Silsilah Hadits Shahih, (Jakarta : Pustaka An-Naba, 2006),
hlm. 94-95
Totok Jumantoro
dan Samsul Amin, kamus ilmu tasawuf (Wonosobo: Amzah, 2005),
hlm 86
Zainudin Hamidi, Shohih
Bukhari, (Jakarta: Wijaya, 1969), hlm.13
Al – Qur’an Surah Al – Bayyinah
ayat 5
Ansor, Beramal
Dengan Ikhlas, Artikel ini diakses pada: Sabtu, 23 September
2017, dengan alamat website: http://muslimini.blogspot.com/2009/12/innamal-amallu-binniyat.html
[2] Jubran Mas’ud, al-Ralahr
Mu’jam Lughawiy Asrhy, jilid II (Beirut: Dar al-Ilmu lil Mulayin, 1981),
hlm. 1051
[5] Maulana Muhammad Zakariyya Al
Kandahlawi Rah.A, Himpun fadhilah amal, (Yogyakarta:
Ash-Shaff, 2007),hlm. 395
[7] Ansor, Beramal Dengan
Ikhlas, Artikel ini diakses pada: Sabtu, 23 September 2017, dengan
alamat website: http://muslimini.blogspot.com/2009/12/innamal-amallu-binniyat.html
♥♦♣♠ PELANGI QQ ♠♣♦♥
Mari Bergabung bersama kami di Pelangi Q Q (,) me
Situs Impian Para pecinta dan peminat Taruhan Online!!
Segera Daftarkan diri Anda di PelangiQQ dan dapatkan Bonus yang sudah tersedia. Agen Poker Online Terpercaya dan Terbesar di Indonesia yang menggunakan Uang Asli.
MINIMAL DEPOSIT & WITHDRAW Rp 25.000
PelangiQQ Menyediakan 8 Permainan yang bisa di mainkan hanya dengan 1 User ID,yaitu:
* Bandar66 (NEW GAME)
* SAKONG
* Poker
* Domino99
* Capsa susun
* AduQ
* BandarQ
* Bandar Poker
Keunggulan PELANGI Q Q :
- PROSES DEPO & WD MUDAH TANPA RIBET
- PROSES DEPO & WD TERCEPAT
- KARTU-KARTU BERKUALITAS DISAJIKAN
- CS RAMAH & INSPIRATIF SIAP MEMBANTU 24JAM
- TIPS & TRIK MENJADI KEUNGGULAN SITUS INI
- DAN TENTUNYA DEPOSIT YG TERJANGKAU BOS!!(MINIMAL DEPO & WD 25RB)
Nikmati juga HOT PROMO bersama kami:
* BONUS TURNOVER 0.3% (DIBAGIKAN SETIAP 5 Hari 1x)
* BONUS REFERRAL 15% (SEUMUR HIDUP)
Tunggu apalagi bos!! langsung daftarkan diri anda di PELANGI Q Q
Bagaimana cara mendaftar? SIMPEL bos!!
cukup kunjungi kami PELANGI Q Q
klik daftar dan daftarkan diri anda
atau bisa juga hubungi kami melalui LiveChat dan BBM yang akan melayani Anda 24 jam nonstop.
- SKYPE : PELANGIQQ
- LINE : PELANGIQQ
- FACEBOOK : PokerPelangiReborn
- PIN BB : E37271BF
- WhatssApp : 6281231804952
Salam Sukses & Hoki
PELANGIQQ
izin copas yah..
BalasHapus